VISI MISI, TUJUAN DAN STRATEGI KEBIJAKAN

Visi “Terwujudnya Kecamatan Manggelewa yang sehat melalui penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang optimal”.

Kerjasama lintas sektoral, kunci sukses menuju “Kecamatan Sehat”

Perlu langkah yang terencana, sosialisasi dan promosi kesehatan serta peningkatan kinerja hubungan dengan masyarakat terutama memasyarakatkan Visi dan Misi, tujuan serta strategi dan arah kebijakan pembangunan kesehatan di tingkat kecamatan, sehingga pemerintah kecamatan beserta masyarakatnya memiliki rasa tanggung jawab terhadap masalah kesehatan dirinya, keluarga dan lingkungannya secara umum.

STBM?, butuh inovasi..!!

Lima Pilar STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat) merupakan program pemerintah dalam hal menciptakan keluarga dan lingkungan yang sehat dengan melakukan lima hal (Stop Buang air Besar Sembarangan, Cuci Tangan Pakai Sabun, Pengelolaan Air minum dan makanan yang sehat, Mengelola sampah dengan benar, Mengelola limbah cair rumah tangga dengan benar;

Mari Bersama Sukseskan GERMAS dan Keluarga Sehat

GERMAS dilakukan sebagai penguatan upaya promotif dan preventif masyarakat. Tujuan GERMAS, antara lain: 1) Menurunkan beban penyakit menular dan penyakit tidak menular, baik kematian maupun kecacatan; 2) Menghindarkan terjadinya penurunan produktivitas penduduk 3) Menurunkan beban pembiayaan pelayanan kesehatan karena meningkatnya penyakit dan pengeluaran kesehatan. Prinsip GERMAS, yaitu Kerjasama multisektor; Keseimbangan masyarakat; keluarga dan individu; Pemberdayaan masyarakat; 4) Penguatan sistem kesehatan; Pendekatan siklus hidup; Jaminan Kesehatan Nasional (JKN); dan berfokus pada pemerataan layanan Gerakan ini akan dimulai dengan 3 fokus kegiatan, yaitu meningkatkan aktifitas fisik, konsumsi sayur dan buah, serta deteksi dini penyakit tidak menular (PTM), terang Menkes.

Jaminan Kesehatan Nasional

Model layanan yang bersifat gotong royong, peserta JKN merupakan komponen utama dalam pembangunan kesehatan sekaligus sebagai tolok ukur keberhasilan program kesehatan nasional. sebagai motoriknya, pemberi layanan di puskesmas sangat diharapkan untuk lebih mengedapankan mutu layanan fasilitas kesehatan tingkat pertama

Selasa, 24 Desember 2019

Selasa, 10 September 2019

Kelas Ibu hamil, wujudkan ibu hamil yang sehat dan selamat



Kelas ibu hamil adalah kelompok belajar ibu-ibu hamil dengan umur kehamilan antara 4 minggu sampai dengan 36 minggu ( menjelang persalinan ) dengan jumlah peserta maksimal 10 orang.

Tujuan kelas ibu hamil adalah meningkatkan pengetahuan, merubah sikap dan perilaku ibu agar memahami tentang kehamilan, perubahan tubuh dan keluhan selama kehamilan, perawatan kehamilan, persalinan, persalinan, perawatan nifas, KB pasca persalinan, perawatan bayi baru lahir, mitos / kepercayaan / adat istiadat setempat, penyakit menular seksual dan akte kelahiran. Adapun keuntungan kelas ibu hamil adalah materi diberikan secara menyeluruh dan terencana, penyampaian materi lebih komprehensif karena ada persiapan petugas sebelum penyajian materi, dapat mendatangkan tenaga ahli untuk memberikan penjelasan mengenai topik tertentu, waktu pembahasan materi menjadi efektif karena pola penyajian materi terstruktur dengan baik, ada interaksi antar petugas kesehatan dengan ibu hamil pada saat pembahasan materi dilaksanakan. Dilaksanakan secara berkala dan berkesinambungan, dilakukan evaluasi terhadap petugas kesehatan dan ibu hamil dalam memberikan penyajian materi sehingga dapat meningkatkan kualitas sistem pembelajaran.

Sasaran peserta kelas ibu hamil sebaiknya ibu hamil pada umur kehamilan 4 sampai 36 minggu karena pada umur kehamilan ini kondisi ibu sudah kuat. Jumlah peserta kelas ibu hamil maksimal 10 orang setiap kelas, jika diperlukan suami/ keluarga diikut sertakan.

Dalam memberikan pendidikan pada ibu hamil tersebut dilakukan langkah-langkah dari mulai persiapan sampai pelaksanaan pembelajaran kelas ibu hamil Depkes & JICA (2008) antara  lain sebagai berikut: Melakukan identifikasi terhadap ibu hamil yang ada di wilayah kerja. Ini dimaksudkan untuk mengetahui berapa jumlah ibu hamil dan umur kehamilannya sehingga dapat menentukan jumlah peserta setiap kelas ibu hamil dan berapa kelas yang akan dikembangkan dalam kurun waktu tertentu misalnya selama satu tahun. Mempersiapkan tempat dan sarana pelaksanaan kelas ibu hamil, misalnya tempat di puskesmas atau polindes, kantor desa/balai pertemuan, posyandu atau di rumah salah seorang warga masyarakat. Sarana belajar menggunakan kursi, tikar, karpet, VCD player dan lain-lain jika tersedia. Mempersiapkan materi, alat bantu penyuluhan dan jadwal pelaksanaan kelas ibu hamil serta mempelajari materi yang akan disampaiakan.Persiapan peserta kelas ibu hamil, mengundang ibu hamil umur antara 5 sampai 8 bulan. Siapkan tim pelaksana kelas ibu hamil yaitu siapa saja fasilitatornya dan nara sumber jika diperlukan. Membuat rencana pelaksanan kegiatan Akhir pertemuan dilakukan senam ibu hamil, sebagai kegiatan/materi ekstra Menentukan waktu pertemuan, yang disesuaikan dengan kesiapan ibu-ibu, bisa dilakukan pada pagi atau sore hari dengan lama waktu pertemuan 120 menit dan senam 30 menit.

Materi pertemuan pada kelas ibu hamil terbagi dalam pertemuan pertama mengenai hehamilan, perubahan tubuh dan keluhan yang membahas tentang apa kehamilan itu, perubahan tubuh ibu selama kehamilan, keluhan umum saat hamil dan cara mengatasinya (kram kaki, wasir dan nyeri pinggang), apa saja yang perlu dilakukan ibu hamil dan pengaturan gizi termasuk pemberian tablet tambah darah untuk penanggulangan anemia. Materi berikut pada pertemuan pertama mengenai perawatan kehamilan yang membahas kesiapan psikologis menghadapi kehamilan, hubungan suami istri selama kehamilan, obat yang boleh dan tidak boleh dikonsumsi ibu hamil, tanda-tanda bahaya kehamilann dan perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K).

Materi Pertemuan kedua meliputi persalinan yang membahas tanda-tanda persalinan, tanda bahaya persalinan, proses persalinan. Materi selanjutnya adalah perawatan nifas yang membahas apa yang dilakukan ibu nifas agar dapat menyusui ASI ekslusif, bagaimana menjaga kesehatan ibu nifas, tanda-tanda bahaya dan penyakit ibu nifas dan KB pasca persalinan

Pada pertemuan ketiga materi yang dibahas adalah perawatan bayi meliputi : perawatan bayi baru lahir (BBL), pemberian K1 injeksi pada BBL, tanda bahaya bayi baru lahir (BBL), pengamatan perkembangan bayi/anak, Pemberian imunisasi pada BBL.Materi berikutnya tentang mitos yaitu penggalian dan penelusuran mitos yang berkaitan dengan kesehatan ibu dan anak.Selanjutnya penyakit menular yang meliputi Infeksi menular seksual (IMS), Informasi dasar HIV/AIDS dan pencegahan dan penanganan malaria pada ibu hamil. Pada pertemuan ini juga dibahas tentang pentingnya akte kelahiran.

Sumber:
1. Kompasiana.com

Minggu, 18 Agustus 2019

KALKULASI BOR, ALVOS, TOI, BTO, GDR, NDR



Kalkulasi BOR - ALVOS - TOI - BTO - GDR - NDR

Kali ini kita akan mencoba mengenal tentang cara menghitung BOR LOS ALVOS TOI GDR NDR BTO, dimana dari hasil perhitungan angka  yang dimana  angka yang ada akan digunakan dalam pembuatan grafik barber johnson dan untuk melihat efisiensi pelayanan perawatan pasien.
Untuk menilai tingkat keberhasilan atau memberikan gambaran tentang keadaan pelayanan pelayanan perawatan biasanya dilihat dari berbagai segi, yaitu :
•    Tingkat Pemanfaatan sarana pelayanan
•    Mutu Pelayanan
•    Tingkat Efisiensi Pelayanan







Untuk mengetahui tingkat pemanfaatan, mutu dan efisiensi pelayanan rumah sakit, diperlukan berbagai indikator. Selain itu agar informasi yang ada dapat bermakna harus ada nilai parameter yang akan dipakai sebagai nilai banding antara fakta dengan standard yang diinginkan.
Indikator-indikator pelayanan rumah sakit dapat dipakai untuk mengetahui tingkat pemanfaatan, mutu, dan efisiensi pelayanan rumah sakit. Indikator-indikator berikut bersumber dari sensus harian rawat inap :
  1. BOR (Bed Occupancy Ratio = Angka penggunaan tempat tidur)
    BOR menurut Huffman (1994) adalah “the ratio of patient service days to inpatient bed count days in a period under consideration”. Sedangkan menurut Depkes RI (2005), BOR adalah prosentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Nilai parameter BOR yang ideal adalah antara 60-85% (Depkes RI, 2005).
    Rumus :
    BOR = (Jumlah hari perawatan rumah sakit / (Jumlah tempat tidur X Jumlah hari dalam satu periode)) X 100%
  2. AVLOS (Average Length of Stay = Rata-rata lamanya pasien dirawat)
    AVLOS menurut Huffman (1994) adalah “The average hospitalization stay of inpatient discharged during the period under consideration”. AVLOS menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata lama rawat seorang pasien. Indikator ini disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang perlu pengamatan yang lebih lanjut. Secara umum nilai AVLOS yang ideal antara 6-9 hari (Depkes, 2005).
    Rumus :
    AVLOS = Jumlah lama dirawat / Jumlah pasien keluar (hidup + mati)
  3. TOI (Turn Over Interval = Tenggang perputaran)
    TOI menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini memberikan gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi pada kisaran 1-3 hari.
    Rumus :
    TOI = ((Jumlah tempat tidur X Periode) – Hari perawatan) / Jumlah pasien keluar (hidup +mati)
  4. BTO (Bed Turn Over = Angka perputaran tempat tidur)
    BTO menurut Huffman (1994) adalah “…the net effect of changed in occupancy rate and length of stay”. BTO menurut Depkes RI (2005) adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode, berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu. Idealnya dalam satu tahun, satu tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali.Rumus :
    BTO = Jumlah pasien keluar (hidup + mati) / Jumlah tempat tidur
  5. NDR (Net Death Rate)
    NDR menurut Depkes RI (2005) adalah angka kematian 48 jam setelah dirawat untuk tiap-tiap 1000 penderita keluar. Indikator ini memberikan gambaran mutu pelayanan di rumah sakit.
    Rumus :
    NDR = (Jumlah pasien mati > 48 jam / Jumlah pasien keluar (hidup + mati) ) X 1000 ‰
  6. GDR (Gross Death Rate) GDR menurut Depkes RI (2005) adalah angka kematian umum untuk setiap 1000 penderita keluar. Rumus : GDR = ( Jumlah pasien mati seluruhnya / Jumlah pasien keluar (hidup + mati)) X 1000 ‰
Indikator ini dipakai untuk menilai tingkat pemanfaatan PELAYANAN. Angka rata-rata ini apabila dibandingkan dengan jumlah penduduk diwilayahnya akan memberikan gambaran cakupan pelayanan dari suatu tempat pelayanan perawatan.

Jumat, 02 Agustus 2019

Cuap-Cuap Promosi Kesehatan

Terus mencoba, merangkak dalam berkreasi, berbagi informasi dan berintegrasi... "Atasi Rabies - The Real Zombie"

Tentang RABIES, sudah menjadi Wabah di Kabupaten Dompu tak ketinggalan Kecamatan Manggelewa lebih dari 100 korban gigitan HPR (Anjing Gila) dalam semester pertama 2019...

Tak ada yang bisa dilakukan oleh Puskesmas Soriutu, menjalankan fungsinya sudah dilakukan, melaporkan kejadian kasus,koordinasi lintas sektor, menyebarkan informasi tentang RABIES kepada masyarakat, memberikan pelayanan VAR sampai kepada sweeping VAR termasuk KIE..




Pun pihak Linsek sudah melakukan perannya masing-masing, berkoordinasi dalam imunisasi hewan, eliminasi HPR, dan lain sebagainya..

Lalu..? Kenapa insiden gigitan HPR masih terjadi di daerah ini, apakah kita tidak serius menanganinya? Atau kemampuan/ kapasitas kita yang sangat terbatas untuk menangani masalah ini?. Sangat luas dan membutuhkan intervensi yang melibatkan berbagai kebijakan terpadu antar sektor terkait... Mungkin kita perlu duduk bersama lagi..??!!


Jumat, 21 Juni 2019

Bukan hanya menitip di sekolah, tapi PERLU sosialisasi dan motivasi agar remaja putri mau mengkonsumsi TTD...

Ada yang harus dilakukan oleh program sebelum memberikan TTD pada remaja, tentunya lewat penyuluhan untuk memberikan informasi seputar pengertian dan manfaat TTD, serta kapan TTD dikonsumsi.
Dalam periode tahun ini, UPTD Puskesmas Soriutu melaksanakan kegiatan ini melibatkan Program Gizi sebagai leader program terintegrasi dengan Program Kesehatan Remaja serta Program Promosi Kesehatan. 
Diawali dengan pembagian peran lintas program dan penyusunan jadwal, leader program menunjuk pelaksana program integrasi untuk menjadi pelaksana dalam kegiatan pembagian TTD di sekolah menengah atas, sedangkan untuk remaja SMP akan dilaksanakan setelah libur sekolah.
Terdapat 13 SMA/SMK/MA dengan jumlah siswa sebanyak 959 orang sebagai sasaran.

SEKILAS TENTANG TABLET TAMBAH DARAH

Mengapa remaja putri membutuhkan zat besi ?
  1. Pertumbuhan cepat, kebutuhan meningkat
  2. Menstruasi: kehilangan darah rutin dalam jumlah cukup banyak
  3. Remaja sebagai calon ibu
  4. Antisipasi periode usia melahirkan: kehilangan darah saat persalinan; jumlah persalinan; jarak antar persalinan; usia melahirkan saat remaja;
  5. Pola makan untuk menjaga penampilan
  6. Untuk mengatasi anemia/defisiensi besi, dll
Dampak Anemia Pada orang Dewasa adalah sebagai berikut  :
  1. Kapasitas darah untuk membawa oksigen ke seluruh jaringan tubuh, termasuk otak dan otot, juga rendah
  2. konsentrasi belajar dan produktivitas kerja turun
Dampak Anemia pada Siswa/mahasiswa adalah sebagai berikut :
  1. Konsentrasi belajar
  2. Prestasi disekolah rendah atau tidak optimal
  3. Produktivitas kerja turun
  4. Imunitas lebih rendah sehingga lebih rentan terhadap penyakit infeksi;
Upaya pemberian tablet zat besi ke sekolah-sekolah untuk remaja putri ini dilakukan untuk meminimalisiasi perempuan usia muda mengalami anemia. Jika seorang remaja putri menderita anemia dan kemudian hamil maka akan berpotensi melahirkan bayi dengan tubuh pendek (stunting) atau berat badan lahir rendah (BBLR). Hal ini disebakan karena kurangnya supply oksigen dan makanan ke janin selama masa kehamilan.
Oleh sebab itu,  untuk menghindari terjadinya hal tersebut maka UPTD. Puskesmas  Tablet Soriutu memberikanTambah Darah (TTD) kepada remaja putri kepada 13 sekolah menengah atas tersebut.
Cara mengkonsumsi Tablet Tambah Darah ( TTD )
Sasarannya adalah l remaja putri usia 12 – 18 th (kelas, 7, 8, 9, 10, 11 dan 12).  Fe yang sudSelanjutnya,Tablet yang didistribusikan oleh Puskesmas ke sekolah, akan diberikan ke remaja putri di sekolah tersebut dan mengkonsumsinya dihadapan guru / walikelas masing-masing. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa remaja putri itu benar-benar mengkonsumsi tablet Fe. Dosis yang diberikan adalah setiap orang mendapat 1 tablet per minggu selama setahun dan dipantau setiap sebulan sekali oleh Petugas Puskesmas.
Diharapkan dengan adanya program pemberian tablet tambah darah pada remaja putri ini dapat menurunkan gejala anemia pada remaja putri sehingga mereka dapat memiliki kesehatan yang optimal menjelang kehamilan.
Untuk kelanjutan program ini, ada baiknya Program terkait untuk membuat sebuah inovasi untuk menuntaskan masalah anemia pada remaja sebagai calon ibu. Sebagai contoh dengan mengukur efektifitas mengkonsumsi TTD sejak dini di salah satu sekolah sebagai pilot projec apakah ada perubahan. Tentunya harus melibatkan Unit Laboratorium Puskesmas..

Selasa, 18 Juni 2019

5 Pilar STBM

Lima Pilar STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat) merupakan program pemerintah dalam hal menciptakan keluarga dan lingkungan yang sehat dengan melakukan lima hal.
  1. Stop Buang air Besar Sembarangan
    Istilah yang lebih sering diungkapkan untuk menyatakan hal tersebut adalah ODF Open defecation Free (ODF)(Bebas dari buang air besar sembarangan) yang saat ini sedang digalakkan oleh pemerintah. Bahkan sekarnag sudah banyak desa yang mendapat sertifikat desa ODF yang berarti warga desa tersebut sudah tidak ada lagi yang bab sembarangan. Semua warga buang air besar (Ngising) hanya dijamban yang sehat saja.

  2. Cuci Tangan Pakai Sabun
    Untuk memutus mata rantai penyebaran penyakit kedalam tubuh manusia, salah satu metode yang murah dan bisa dilaksanakan oleh masyarakat adalah membiasakan cuci tangan pakai sabun. Mencuci tangan pakai sabun sebaiknya dilakukan setelah buang air besar, setelah memagang binatang peliharaan, setelah memegang banda-benda yang kotor, sebelum makan, setelah makan, sebelum menyusui, dll.

  3. Pengelolaan Air minum dan makanan yang sehat.
    Salah satu cara lain yang dapat memutus mata rantai penularan penyakit adalah mengelola air minum dan makanan dengan baik dan sehat. Hal yang dapat dilakukan oleh masyarakat adalah merebus terlebihn dahulu air yang digunakan untuk keperluan minum sehari-hari, proses memasak yang higienis dan menyimpan makanan dan minuman yang benar.

  4. Mengelola sampah dengan benar
    Sampah adalah barang-barang yang sudah tidak dipakai lagi oleh manusia. Sampah rumah tangga yang setiap hari dibuang oleh masyarakat secara sembarangan menjadikan potensi sebagai sarang serangga pembawa penyakit seperti lalat, kecoa dan lain-lain. Pengelolaan sampah dengan benar akan meminimalisir terjadinya penyakit yang diakibatkan oleh lingkungan. Memisahkan sampah basah dan sampah kering merupakan hal yang mestinya dilakukan oleh masyarakat. sampah kering dapat dibakar dan sampah basah bisa ditanam sehingga menjadi pupuk yang dapat menyuburkan tanah.

  5. Mengelola limbah cair rumah tangga dengan benar.
    Selain sampah benda padat, rumah tangga juga menghasilkan limbah cair. Limbah cair yang tidak dikelola dengan benar dapat pula menyebabkan berbagai macam penyakit bagi manusia. Selain itu lingkungan akan tampak kumuh dan tidak tidak indah. Sebaiknya pengelolaan limbah cair ini, masyarakat membuat SPAL (saluran pembuangan air limbah yang memenuhi syarat. diantaranya saluran kedap air dan tertutup, terdapat lubang peresapan limbah.

Senin, 17 Juni 2019

Kunjungan Kadis Dompu Penanganan Rabies di Manggelewa



KAK Re-Freshing Kader

Download Button

Kamis, 13 Juni 2019

Pentinganya re-freshing untuk menjaga hidup selalu seimbang

Ayo,..Jalan-jalan lagi ..!!

Re-Freshing atau berjalan-jalan dibutuhkan agar kita dapat menyegarkan kembali fikirannya. Hati dan jiwa itu cepat lelah, makanya harus dihibur dengan banyak cara seperti berjalan-jalan, selfie, atau makan-makan bersama. Sesibuk apapun kita perlu memberikan porsi pada kehidupan kita untuk rehat dan istrahat, tapi terlalu sering re-freshing akan membuat kita suka melarikan diri dari kehidupan nyata.. So, lakukan re-freshing secukupnya untuk menjaga hidup selalu seimbang..

Taraf Ekonomi Pengaruhi Keadaan Sanitasi Lingkungan

Salah satu upaya yang dilakukan Puskesmas Soriutu dalam mewujudkan sanitasi masyarakat adalah meningkatkan strata rumah sehat, melalui pemberdayaan masyarakat lewat program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) sanitarian terus melaksanakan pemicuan kepada masyarakt untuk secara terpadu memiliki akses sanitasi di setiap rumah.

Kesehatan Reproduksi Remaja

Permasalahan remaja yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi, sering kali berakar dari kurangnya informasi, pemahaman dan kesadaran untuk mencapai keadaan sehat secara reproduksi. Banyak sekali hal-hal yang berkaitan dengan hal ini, mulai dari pemahaman mengenai perlunya pemeliharaan kebersihan alat reproduksi, pemahaman mengenai proses-proses reproduksi serta dampak dari perilaku yang tidak bertanggung jawab seperti kehamilan tak diinginkan, aborsi, penularan penyakit menular seksual termasuk HIV.

Malaria adalah...

Malaria adalah penyakit menular akibat infeksi parasit plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk malaria yang bernama Anopheles. Salah satu upaya menekan angka kesakitan akibat malaria adalah mengambil sampel darah ACD untuk pelacakan kasus Malaria serta memasang kelambu anti nyamuk.

Manfaat Posyandu


Ada banyak manfaat yang akan kita dapatkan dalam kegiatan posyandu
  1. Mendukung perbaikan perilaku, keadaan gizi dan kesehatan keluarga
  2. Mendukung perilaku hidup bersih dan sehat 
  3. Mendukung pencegahan penyakit yang berbasis lingkungan dan penyakit yang dapat dicegah  dengan imunisasi  
  4. Mendukung pelayanan Keluarga Berencana
  5. Mendukung pemberdayaan keluarga dan masyarakat dalam penganekaragaman pangan melalui pemanfaatan pekarangan untuk memotivasi kelompok dasa wisma berperan aktif

Jumat, 22 Februari 2019

MENGENAL RABIES





Penyakit Rabies sering disebut penyakit anjing gila, karena binatang atau hewan penular rabies (HPR) yang utama adalah anjing yang umumnya terlihat agresif. Penyakit menular akut yang menyerang susunan saraf pusat ini dapat terjadi pada manusia dan hewan. RABIES juga merupakan penyakit infeksi tingkat akut pada susunan saraf pusat yang disebabkan oleh virus rabies. Penyakit ini bersifat zoonotik, yaitu dapat ditularkan dari hewan ke manusia. Virus rabies ditularkan ke manusia melalu gigitan hewan misalnya oleh anjing, kucing, kera, rakun, dan kelelawar.

Penyebab rabies
Penyakit rabies disebabkan oleh virus rabies yang termasuk virus ribonucleic acid (RNA). Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menyebutkan virus keluarga Rhabdoviridae ini setidaknya punya 3 jenis virus hewan yaitu Lyssavirus, Ephemerovirus, dan Vesiculovirus. Virus rabies termasuk dalam genus Lyssavirus.
Penularan rabies pada manusia terjadi paling banyak karena masuknya air liur hewan terinfeksi ke tubuh melalui kulit yang terluka atau tergores akibat gigitan. Bisa juga, walau jarang terjadi, akibat kontak liur hewan penular rabies dengan selaput lendir/mukosa penderita. Jika kulit sudah terluka kecil atau tergores sebelumnya, walau bukan karena gigitan hewan, jilatan air liur bervirus rabies pun mampu mengakibatkan penyakit ini. Yang disebut terakhir memang lebih kecil risikonya dibanding gigitan langsung yang dalam, lebar, dan banyak. Jalur lain yang lebih jarang adalah melalui kontak kulit yang luka atau selaput lendir dengan jaringan otak hewan pembawa virus serta melalui hirupan aerosol.

Gejala Penyakit Rabies


Gejala rabies mungkin sangat mirip dengan flu dan bisa berlangsung selama berhari-hari. Ciri ciri rabies atau gejala rabies pada manusia mungkin termasuk:

Pengobatan untuk orang yang digigit hewan yang terinfeksi rabies

Jika Anda telah digigit oleh hewan yang diketahui memiliki rabies, Anda akan menerima serangkaian pengobatan untuk mencegah virus rabies menginfeksi Anda. Jika hewan yang menggigit Anda tidak dapat ditemukan, mungkin lebih baik jika Anda mengasumsikan bahwa hewan tersebut memiliki virus rabies. Tapi ini akan tergantung pada beberapa faktor, seperti jenis hewan dan situasi di mana gigitan terjadi.

Vaksin rabies untuk membantu tubuh mengidentifikasi dan memerangi virus rabies pada manusia. Vaksin rabies diberikan dengan suntikan di lengan Anda. Anda menerima beberapa suntikan selama lebih dari 2 minggu.

Menentukan apakah hewan yang menggigit Anda terinfeksi virus rabies

Dalam beberapa kasus, infeksi dapat untuk ditentukan apakah hewan yang menggigit Anda memiliki infeksi rabies sebelum memulai serangkaian pengobatan rabies. Dengan begitu, jika ditentukan bahwa binatang itu sehat, Anda tidak memerlukan pengobatan. Prosedur untuk menentukan apakah hewan memiliki rabies dapat bervariasi tergantung situasi. Sebagai contoh:
Hewan peliharaan dan hewan ternak. Kucing, anjing dan musang yang menggigit dapat diamati selama 10 hari untuk melihat apakah mereka menunjukkan tanda-tanda dan gejala rabies. Jika hewan yang menggigit Anda itu sehat selama periode pengamatan, kemudian tidak memiliki rabies dan Anda tidak perlu pengobatan rabies. Jika hewan peliharaan lainnya dan hewan ternak yang menunjukan tanda dan gejala rabies. Bicaralah dengan dokter atau layanan kesehatan masyarakat setempat untuk menentukan apakah Anda harus menerima suntikan vaksin anti rabies.
Hewan liar yang bisa ditangkap. Hewan liar yang dapat ditemukan dan ditangkap, seperti kelelawar yang datang ke rumah Anda, bisa dibunuh dan diuji untuk rabies. Pengujian pada otak binatang itu mungkin dapat mengungkapkan virus rabies. Jika binatang itu tidak memiliki rabies, Anda tidak perlu pengobatan.
Hewan yang tidak dapat ditemukan. Jika hewan yang menggigit Anda tidak dapat ditemukan, diskusikan situasi dengan dokter atau departemen kesehatan setempat. Dalam kasus-kasus tertentu, mungkin paling aman menganggap bahwa hewan itu memiliki rabies dan dilanjutkan dengan pengobatan rabies. Dalam kasus lain, mungkin tidak mungkin bahwa hewan yang menggigit Anda memiliki rabies dan dapat ditentukan bahwa pencegahan penyakit rabies diperlukan atau tidak.